• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Alarm Merah! WHO Ungkap Lonjakan Kasus TBC pada Anak: Saatnya Waspada!

img

Healthcare.biz.id Hai selamat membaca informasi terbaru. Sekarang saya akan mengupas Kesehatan, Penyakit Infeksi, Anak, WHO, TBC, Kewaspadaan yang banyak dicari orang-orang. Tulisan Yang Mengangkat Kesehatan, Penyakit Infeksi, Anak, WHO, TBC, Kewaspadaan Alarm Merah WHO Ungkap Lonjakan Kasus TBC pada Anak Saatnya Waspada Pastikan Anda membaca hingga bagian penutup.

Dengan semakin meningkatnya angka tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap obat, kita dihadapkan pada biaya sosial yang akan ditanggung pada masa yang akan datang, jika tidak ada tindakan yang segera diambil. Pernyataan ini disampaikan oleh Dr. Pamela Rendi-Wagner, Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) serta WHO/Eropa, dalam sebuah publikasi resmi WHO pada tanggal 24 Februari 2025. Di tahun 2024, Amerika Serikat telah memberikan kontribusi sekitar USD 406 juta untuk pengendalian TB, yang mana jumlah tersebut hampir setara dengan seperempat dari total pendanaan donor global.

Bagi banyak negara, gabungan dukungan dari USAID dan Global Fund bahkan lebih besar dibandingkan dengan anggaran pengendalian TB domestik. Peran yang dimainkan oleh AS dalam menangani TB di tingkat global sangat signifikan, mengingat lembaga bantuan luar negeri seperti USAID menghadapi pengurangan anggaran akibat kebijakan pemerintahan terdahulu. AS secara aktif mendukung program pengendalian TB di beberapa negara termasuk Kamboja, Indonesia, Myanmar, Filipina, Vietnam, Bangladesh, India, dan Pakistan.

Ketergantungan negara-negara tersebut, serta negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah lainnya terhadap bantuan luar negeri AS, saat ini menjadi penghalang dalam pengendalian kasus TB. Peningkatan kasus TB yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan adanya kenaikan selama tiga tahun berturut-turut untuk individu di bawah usia 15 tahun. Dengan hanya tersisa lima tahun untuk mencapai target 2030, sangat krusial bagi Eropa untuk berfokus kembali pada pencegahan dan perawatan yang efisien dan tepat waktu.

Sangat memprihatinkan, kelompok anak-anak sekarang menyumbang 4,3 persen dari semua kasus baru TB yang dilaporkan. Sayangnya, satu dari lima anak yang didiagnosis dengan TB di Eropa tidak diketahui status pengobatannya, apakah mereka telah menyelesaikan terapi atau tidak. Lembaga bantuan luar negeri seperti USAID juga berperan dalam menyediakan bantuan stok medis dan perawatan, khususnya terhadap negara-negara berpendapatan menengah ke bawah.

Selain itu, AS merupakan donor terbesar untuk Global Fund dalam memerangi tiga penyakit besar: AIDS, tuberkulosis, dan malaria, yang mana mereka menyuplai lebih dari 60 persen total pendanaan untuk penanganan TB. Lima negara dengan angka TB tertinggi di dunia mencakup lebih dari separuh total kasus, dan semuanya terletak di kawasan Asia.

Pada tahun 2023, telah terjadi peningkatan sebesar 10 persen dalam jumlah kasus tuberkulosis di kalangan anak-anak di bawah usia 15 tahun di Eropa dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beban penyakit yang semakin meningkat pada populasi yang lebih muda ini di tengah tingginya angka notifikasi TB menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan memburuknya situasi yang sudah ada.

Saat ini, penghentian pendanaan untuk pengendalian TB global oleh AS menambah rumit permasalahan yang sudah ada. Namun, kami memiliki harapan, karena hingga saat ini, kontribusi AS untuk Global Fund belum secara resmi terpotong. Hal ini diingatkan oleh Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, yang menyerukan tindakan mendesak untuk mengakhiri TB secara global.

Setidaknya sembilan negara telah mengungkapkan adanya masalah dalam rantai pasokan obat-obatan anti-TB, yang dapat berakibat serius pada peningkatan jumlah kasus baru dan kematian. Penurunan dalam tingkat diagnosis dan terputusnya pasokan obat dapat memperburuk situasi, memungkinkan munculnya TB yang resisten terhadap berbagai obat. Oleh karena itu, langkah-langkah preventif harus segera diimplementasikan untuk menanggulangi masalah ini.

Begitulah alarm merah who ungkap lonjakan kasus tbc pada anak saatnya waspada yang telah saya jelaskan secara lengkap dalam kesehatan, penyakit infeksi, anak, who, tbc, kewaspadaan, Saya harap Anda menemukan sesuatu yang berguna di sini selalu belajar dari pengalaman dan perhatikan kesehatan reproduksi. Jika kamu suka semoga artikel lainnya juga bermanfaat. Sampai jumpa.

Special Ads
© Copyright 2024 - Ini judul website saya
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads