• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Alarm WHO: Meningkatnya Kasus TBC pada Anak di Bawah 15 Tahun

img

Healthcare.biz.id Bismillah semoga hari ini penuh kebaikan. Saat Ini mari kita ulas Kesehatan, Penyakit Menular, Anak, WHO, TBC yang sedang populer saat ini. Artikel Yang Mengulas Kesehatan, Penyakit Menular, Anak, WHO, TBC Alarm WHO Meningkatnya Kasus TBC pada Anak di Bawah 15 Tahun Tetap fokus dan simak hingga kalimat terakhir.

    Table of Contents

Dalam menghadapi tantangan global terkait tuberkulosis (TBC) yang semakin resisten terhadap obat, Dr. Pamela Rendi-Wagner, Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) danWHO/Eropa, mengungkapkan bahwa kita akan menghadapi konsekuensi dari ketidakbertindakan saat ini di masa depan. Pernyataan ini disampaikan dalam laman resmi WHO pada tanggal 24 Februari 2025.

Pada tahun 2024, Amerika Serikat telah menyumbangkan sekitar USD 406 juta untuk mendukung pengendalian TBC, yang mencakup hampir seperempat dari total pendanaan donor global. Bagi beberapa negara tertentu, kombinasi kontribusi dari USAID dan Global Fund telah melampaui anggaran untuk pengendalian TBC yang ditetapkan oleh pemerintah masing-masing negara.

A.S. memainkan peran krusial dalam pengendalian TBC sedunia, terutama melalui lembaga bantuan luar negeri, USAID, yang saat ini mengalami pemangkasan anggaran di bawah pemerintahan Trump. Negara-negara seperti Kamboja, Indonesia, Myanmar, Filipina, Vietnam, Bangladesh, India, dan Pakistan sangat bergantung pada dukungan yang diberikan oleh A.S. untuk penanganan TBC, tetapi ketergantungan ini kini menghadapi risiko krisis akibat potensi pengurangan bantuan.

Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat peningkatan kasus TBC selama tiga tahun berturut-turut di kalangan anak-anak di bawah usia 15 tahun. Ini adalah masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius, terutama mengingat target global untuk mengeliminasi TBC pada tahun 2030 hanya tinggal lima tahun lagi.

Di Eropa, situasi menjadi semakin kritis dengan kelompok anak yang mencakup 4,3 persen dari total kasus baru TBC. Ironisnya, satu dari lima anak yang terdiagnosis TBC tidak diketahui status perawatan mereka, apakah sudah menyelesaikan pengobatan atau tidak. Kondisi ini menciptakan tantangan besar dalam pengendalian TBC di kawasan tersebut.

Lebih lanjut, USAID telah berperan penting dalam menyediakan bantuan medis dan perawatan kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. AS juga merupakan donor terbesar untuk Global Fund yang berfokus pada memerangi AIDS, TBC, dan malaria, serta menyuplai lebih dari 60 persen dari seluruh pendanaan donor untuk program-program penanganan TBC.

Lima negara dengan beban TBC tertinggi di dunia terletak di Asia, menyumbang lebih dari setengah dari total kasus global. Terutama, peningkatan kasus TBC di kalangan anak-anak di Eropa mencerminkan adanya lonjakan 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya, 2023. Dalam dua tahun terakhir, lebih dari 650 kasus tambahan diantara anak-anak telah dilaporkan, mempertegas ancaman dari TBC, termasuk varian resisten terhadap obat.

Dalam konteks ini, penghentian pendanaan TBC global dari AS juga menjadi keprihatinan baru. Meski demikian, ada berita baik bahwa kontribusi AS kepada Global Fund belum dipangkas secara resmi. Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menekankan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk bertindak guna mengakhiri TBC.

Beberapa negara telah melaporkan adanya kegagalan dalam rantai pasokan obat anti-TBC, yang dapat mengakibatkan lonjakan kasus baru dan kematian. Penurunan dalam tingkat diagnosis serta gangguan pasokan obat anti-TBC akan memperburuk situasi, terutama dengan potensi peningkatan kasus TBC yang resisten terhadap obat yang sangat mengkhawatirkan.

Situasi ini menuntut perhatian segera dari semua pihak terkait untuk memperkuat kolaborasi dalam pengendalian TBC, menjamin pasokan obat yang berkelanjutan, serta memfokuskan upaya pada pencegahan dan perawatan yang efisien. Tanpa intervensi yang tepat, dunia dapat menghadapi dampak serius dari krisis kesehatan global ini dalam waktu dekat.

Begitulah ringkasan alarm who meningkatnya kasus tbc pada anak di bawah 15 tahun yang telah saya jelaskan dalam kesehatan, penyakit menular, anak, who, tbc Dalam tulisan terakhir ini saya ucapkan terimakasih tingkatkan keterampilan komunikasi dan perhatikan kesehatan sosial. Sebarkan kebaikan dengan membagikan ke orang lain. Sampai jumpa lagi

Special Ads
© Copyright 2024 - Ini judul website saya
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads