• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Alumni COVID Diingatkan: Risiko Penyakit Kronis Mengintai Setelah Sembuh!

img

Healthcare.biz.id Dengan nama Allah semoga kita diberi petunjuk. Di Sesi Ini mari kita ulas Kesehatan, Alumni, Penyakit Kronis, COVID-19, Pemulihan, Kesadaran Kesehatan yang sedang populer saat ini. Artikel Ini Membahas Kesehatan, Alumni, Penyakit Kronis, COVID-19, Pemulihan, Kesadaran Kesehatan Alumni COVID Diingatkan Risiko Penyakit Kronis Mengintai Setelah Sembuh Lanjutkan membaca untuk mendapatkan informasi seutuhnya.

Penelitian terbaru menyoroti adanya hubungan yang kuat antara infeksi SARS-CoV-2 dan munculnya kondisi ME/CFS, atau sindrom kelelahan kronis. Hal ini ditegaskan oleh Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke, yang menyatakan bahwa hasil penelitian ini merupakan bukti tambahan bahwa infeksi, termasuk COVID-19, dapat memicu kondisi tersebut.

Dr. Suzanne D. Vernon, penulis utama penelitian, menekankan pentingnya bagi tenaga medis untuk mengenali sindrom ME/CFS pada pasien setelah terpapar COVID-19. Penelitian ini menggunakan data dari inisiatif penelitian long COVID yang dikelola oleh National Institutes of Health (NIH) di AS. Hal ini jelas menunjukkan urgensi bagi penyedia layanan kesehatan untuk lebih peka terhadap gejala ME/CFS pasca COVID-19, suatu kondisi yang semakin banyak dilaporkan.

Dalam studi ini, para peneliti menganalisis data dari ribuan peserta, yang terdiri dari 11.785 orang yang pernah terinfeksi SARS-CoV-2 dan 1.439 orang yang tidak terinfeksi. Evaluasi dilakukan untuk menentukan seberapa banyak peserta yang memenuhi kriteria diagnostik untuk ME/CFS setidaknya enam bulan setelah terinfeksi COVID-19.

Penting untuk dicatat, meskipun sejumlah pasien hanya mengalami gejala ringan saat terinfeksi COVID-19, mereka tetap berisiko tinggi mengalami gejala berkepanjangan. Gejala ini bisa berupa kelelahan ekstrem, kabut otak, atau pusing yang muncul berbulan-bulan setelah infeksi. Menurut hasil penelitian, ME/CFS terdeteksi pada 4,5% peserta yang pernah terinfeksi COVID-19, dibandingkan dengan hanya 0,6% pada kelompok yang tidak terinfeksi.

Gejala utama yang paling sering dilaporkan oleh mereka yang terdiagnosis ME/CFS adalah malaise pasca-olahraga, di mana pasien mengalami kelelahan luar biasa setelah aktivitas fisik. Selain itu, intoleransi ortostatik, yang ditandai dengan pusing saat berdiri, serta gangguan kognitif juga merupakan masalahan umum yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan data dari RECOVER Initiative, suatu proyek NIH yang bertujuan untuk menjadi studi paling komprehensif dan beragam mengenai long COVID di dunia.

Kendati kondisi long COVID masih merupakan hal yang baru dan sering dipahami secara keliru oleh banyak orang, ME/CFS dan penyakit pasca-infeksi viral telah menjadi pengetahuan yang lebih lama dalam dunia medis. Temuan terbaru menunjukkan bahwa individu yang pernah terinfeksi COVID-19 memiliki risiko delapan kali lebih besar untuk mengalami kondisi kronis ME/CFS. Sayangnya, masih banyak pasien yang menghadapi hambatan dalam mewujudkan diagnosis ataupun mendapatkan perawatan yang sesuai.

Kondisi ini juga dihadapkan pada stigma, kesalahpahaman, dan rentetan informasi medis yang saling bertentangan. Sejak awal pandemi, banyak penemuan baru tentang long COVID telah muncul. Penelitian ini ingin mengupas lebih dalam mengenai kemungkinan hubungan antara infeksi COVID-19 dengan ME/CFS, dengan harapan meningkatkan kesadaran serta pengakuan terhadap kondisi ini.

Menariknya, hampir 90% dari mereka yang memenuhi kriteria ME/CFS juga termasuk dalam kategori pasien long COVID dengan gejala yang paling parah. Hal ini semakin memperkuat hubungan antara kedua kondisi. Gejala-gejala ini umum dihadapi oleh sejumlah besar pasien long COVID lainnya, sehingga menunjukkan betapa pentingnya diagnosis yang cepat dan intervensi yang tepat.

Dr. Vernon percaya bahwa diagnosis dini dan penanganan yang efektif dapat memberikan perubahan signifikan dalam kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, memahami hubungan antara COVID-19 dan ME/CFS menjadi sangat krusial untuk perawatan optimal dan membantu individu yang berjuang melawan gejala berkepanjangan.

Begitulah ringkasan menyeluruh tentang alumni covid diingatkan risiko penyakit kronis mengintai setelah sembuh dalam kesehatan, alumni, penyakit kronis, covid-19, pemulihan, kesadaran kesehatan yang saya berikan Mudah-mudahan Anda mendapatkan manfaat dari artikel ini tingkatkan pengetahuan dan perhatikan kesehatan mata. Jika kamu peduli lihat artikel lain di bawah ini.

Special Ads
© Copyright 2024 - Ini judul website saya
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads