• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Fakta Mengejutkan: Studi Terbaru Ungkap Pria Lebih Rentan Kanker Karena Faktor Tersembunyi Ini!

img

Healthcare.biz.id Mudah-mudahan selalu ada harapan di setiap hati. Pada Edisi Ini aku ingin membagikan pengetahuan seputar kesehatan, kanker, penelitian, faktor risiko, kesehatan pria. Analisis Artikel Tentang kesehatan, kanker, penelitian, faktor risiko, kesehatan pria Fakta Mengejutkan Studi Terbaru Ungkap Pria Lebih Rentan Kanker Karena Faktor Tersembunyi Ini Ikuti penjelasan detailnya sampai bagian akhir.

Pentingnya memahami risiko kanker terkait obesitas semakin ditekankan oleh penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa lingkar pinggang yang lebih besar dapat menjadi indikator risiko yang lebih signifikan dibandingkan dengan indeks massa tubuh (BMI). Temuan ini mencerminkan hubungan yang lebih kompleks antara obesitas dan kanker, memberikan wawasan baru bagi para peneliti dan praktisi kesehatan.

Sebagai contoh, risiko kanker terkait obesitas meningkat hingga 19 persen dengan kenaikan BMI, tetapi untuk wanita, peningkatan lingkar pinggang sekitar 12 cm dan peningkatan BMI keduanya berkontribusi pada peningkatan risiko kanker sebesar 13 persen. Hal ini menunjukkan seberapa pentingnya ukuran lingkar pinggang dalam menilai risiko yang mungkin tidak tercermin dari peningkatan BMI saja.

Jenis kanker yang terkait dengan obesitas sangat bervariasi, termasuk kanker esofagus, lambung, usul besar, rektum, hati, kantong empedu, pankreas, payudara (terutama pada wanita pascamenopause), endometrium, ovarium, karsinoma sel ginjal, meningioma, tiroid, dan mieloma multipel. Peneliti menekankan perlunya memperhatikan distribusi lemak dalam tubuh, di mana lingkar pinggang dianggap sebagai proksi yang lebih akurat untuk adipositas perut.

Dr. Ming Sun dan tim peneliti mengungkapkan, BMI adalah ukuran tubuh, tetapi tidak memberikan informasi mengenai distribusi lemak. Lingkar pinggang memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana lemak terdistribusi di dalam tubuh. Dengan melihat data dari 340.000 orang Swedia dengan usia rata-rata 51 tahun, penelitian ini menganalisa informasi yang diambil dari tahun 1981 hingga 2019.

Peningkatan lingkar pinggang sebesar 11 cm pada pria telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker terkait obesitas hingga 25 persen. Hal ini menyoroti bahwa lingkar pinggang dapat menjadi prediktor kanker yang lebih akurat dibandingkan BMI, terutama pada pria.

Perbedaan antara pria dan wanita terkait risiko kanker berkaitan dengan cara tubuh menyimpan lemak. Para peneliti mencatat bahwa pria cenderung menumpuk lemak visceral, yang berada di sekitar organ perut, sedangkan wanita lebih banyak mengakumulasi lemak subkutan dan lemak periferal. Lemak visceral ini lebih aktif secara metabolik dan telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk resistensi insulin dan peradangan.

Salah satu hasil menarik dari penelitian ini adalah bahwa kadar insulin pada pria yang memiliki lemak tubuh berlebih cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Oleh karena itu, lingkar pinggang dapat dijadikan ukuran yang lebih relevan untuk menilai risiko kanker pada pria. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menjelaskan lebih dalam mengenai perbedaan biologis dan fisiologis tersebut untuk kebaikan masyarakat.

Temuan ini dipublikasikan di Journal of the National Cancer Institute dan akan dipresentasikan pada Mei 2024 di Kongres Eropa tentang Obesitas yang berlangsung di Malaga, Spanyol. Penelitian ini bukan hanya menambah pemahaman kita tentang risiko kanker, tetapi juga menekankan pentingnya pendekatan yang lebih menyeluruh dalam penilaian kesehatan, khususnya pada individu dengan obesitas.

Dengan meningkatnya prevalensi obesitas, diperlukan kesadaran lebih dalam mengevaluasi dan memahami faktor risiko kanker yang dihasilkan dari gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Mengadopsi perubahan positif dapat menjadi langkah untuk menurunkan risiko kanker dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Begitulah fakta mengejutkan studi terbaru ungkap pria lebih rentan kanker karena faktor tersembunyi ini yang telah saya bahas secara lengkap dalam kesehatan, kanker, penelitian, faktor risiko, kesehatan pria Saya harap Anda menemukan value dalam artikel ini kembangkan potensi diri dan jaga kesehatan mental. Mari kita sebar kebaikan dengan berbagi ini. Sampai bertemu lagi

Special Ads
© Copyright 2024 - Ini judul website saya
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads