• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Kontra Waktu: Indonesia Terjebak di Peringkat Ke-2 Dunia dalam Kasus TBC yang Menghancurkan!

img

Healthcare.biz.id Halo bagaimana kabar kalian semua? Pada Artikel Ini mari kita telaah berbagai sudut pandang tentang Kesehatan, Penyakit Menular, Epidemiologi, Kebijakan Kesehatan, Pembangunan Sosial, Tantangan Kesehatan Global. Laporan Artikel Seputar Kesehatan, Penyakit Menular, Epidemiologi, Kebijakan Kesehatan, Pembangunan Sosial, Tantangan Kesehatan Global Kontra Waktu Indonesia Terjebak di Peringkat Ke2 Dunia dalam Kasus TBC yang Menghancurkan Baca artikel ini sampai habis untuk pemahaman yang optimal.

Penyakit tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan besar di tingkat global, dan kondisi ini juga terlihat di Indonesia. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Ina Agustina Isturini, MKM, mengungkapkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia sangat memprihatinkan. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan, Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia untuk kasus TBC, dengan lebih dari satu juta kasus terdiagnosis dan sekitar 125 ribu kematian setiap tahunnya.

Dalam pernyataannya pada acara temu media daring yang diadakan untuk memperingati Hari TB Sedunia pada Senin, 24 Maret 2025, dr. Ina menyatakan, “Diperkirakan di tahun 2023 terdapat sekitar 10,8 juta orang yang menderita TBC dengan satu juta kematian. Jika dihitung secara real-time, setiap jamnya terdapat 14 orang yang meninggal akibat penyakit ini.”

Data menunjukkan bahwa beberapa wilayah di Indonesia menjadi pusat penyebaran TBC. Menurut dr. Ina, daerah dengan kasus tertinggi berada di Jawa, kecuali untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, yang kemudian diikuti oleh Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Di kawasan-kawasan ini, estimasi jumlah kasus TBC berkisar antara 40 ribu hingga 230 ribu kasus. “Kemenkes terus melakukan upaya untuk menemukan dan mengobati kasus-kasus ini,” tambahnya.

Salah satu kemajuan yang dicatat adalah peningkatan dalam penemuan kasus dan pengobatan. Hingga saat ini, sekitar 90 persen dari total kasus, yaitu 802.228, telah mendapatkan perawatan yang diperlukan. Di balik angka-angka positif ini, terdapat tantangan serius yang harus dihadapi, yaitu adanya under-reporting dan delay reporting. Ini berarti bahwa meskipun ada pasien, laporan mengenai kasus tersebut seringkali telat atau bahkan tidak sampai ke otoritas kesehatan.

“Dalam banyak kasus, keterlambatan pelaporan bisa berkisar antara satu hingga enam bulan,” jelas dr. Ina. Hal ini menimbulkan masalah dalam perencanaan dan penanggulangan yang tepat. Selain itu, masih ada pasien yang tidak terdiagnosis tepat waktu, yang seringkali disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan atau akses terbatas terhadap alat diagnostik yang memadai.

Menekankan pentingnya peran puskesmas dan kader kesehatan, dr. Ina menyatakan bahwa investigasi kontak terhadap pasien TBC juga belum optimal. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang baik antara semua pihak untuk meningkatkan deteksi dan pengobatan penyakit ini. Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya berperan penting dalam menyebarluaskan informasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang TBC.

Penting untuk menyadari bahwa meskipun terdapat tantangan dalam menangani TBC, upaya yang konsisten dan kolaboratif dapat menghasilkan kemajuan yang signifikan. Kesadaran masyarakat dan dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk membawa perubahan positif dalam memberantas TBC. Semoga kedepannya, kita dapat melihat pengurangan jumlah kasus dan kematian akibat TBC, serta meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam rangka menyambut Hari TB Sedunia, mari kita tingkatkan pengetahuan dan tindakan kita dalam mendukung penanggulangan TBC demi masa depan yang lebih sehat.

Itulah penjelasan rinci seputar kontra waktu indonesia terjebak di peringkat ke2 dunia dalam kasus tbc yang menghancurkan yang saya bagikan dalam kesehatan, penyakit menular, epidemiologi, kebijakan kesehatan, pembangunan sosial, tantangan kesehatan global Dalam tulisan terakhir ini saya ucapkan terimakasih selalu berpikir ke depan dan jaga kesehatan finansial. Mari kita sebar kebaikan dengan berbagi ini. Sampai bertemu di artikel menarik lainnya. Terima kasih banyak.

Special Ads
© Copyright 2024 - Ini judul website saya
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads