• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Korsel Terjebak Skandal: Isu Adopsi Anak Ilegal Mengguncang Kepercayaan Publik

img

Healthcare.biz.id Halo bagaimana kabar kalian semua? Dalam Opini Ini aku mau membahas keunggulan Korea Selatan, Skandal, Adopsi Anak, Isu Sosial, Kepercayaan Publik yang banyak dicari. Informasi Relevan Mengenai Korea Selatan, Skandal, Adopsi Anak, Isu Sosial, Kepercayaan Publik Korsel Terjebak Skandal Isu Adopsi Anak Ilegal Mengguncang Kepercayaan Publik Jangan lewatkan bagian apapun keep reading sampai habis.

    Table of Contents

Dari hasil penyelidikan yang mendalam, terungkap bahwa pemerintah Korea Selatan telah melakukan pengiriman tidak kurang dari 170 ribu anak dan bayi ke luar negeri dalam rangka program adopsi transnasional. Program ini dikelola oleh lembaga swasta yang diberikan wewenang luas berdasarkan undang-undang adopsi khusus. Tanpa adanya regulasi resmi dari pemerintah mengenai biaya, lembaga-lembaga ini dapat menetapkan biaya yang sangat tinggi dan meminta 'sumbangan', sehingga adopsi dapat berubah menjadi sebuah 'industri yang berorientasi pada laba,' menurut laporan yang dikeluarkan.

Laporan ini dirilis pada hari Rabu, 26 Maret 2025, oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang bergerak secara independen, setelah melakukan penyelidikan yang dimulai pada tahun 2022. Komisi tersebut masih melanjutkan investigasi terhadap kasus-kasus lainnya, dengan rencana untuk menyelesaikan penyelidikan pada bulan Mei. Salah satu pemohon yang akunnya diteliti adalah Inger-Tone Ueland Shin, seorang wanita berusia 60 tahun, yang menyoroti banyaknya kelalaian dan kurangnya regulasi pemerintah dalam masalah ini.

Laporan mencatat bahwa terdapat pengawasan yang minimal dalam memfasilitasi adopsi antarnegara pada skala besar. Inger-Tone dan pasangannya, yang saat itu berada di usia 50-an, awalnya mengajukan permohonan adopsi, namun ditolak oleh pihak otoritas Norwegia karena mereka dinilai terlalu tua. Dari penyelidikan, terungkap pula bahwa terdapat kasus adopsi anak dan bayi secara ilegal ke luar negeri. Sekitar 367 anak angkat yang pernah dikirim ke luar negeri telah mengajukan petisi yang menuduh adanya praktik penipuan dalam proses adopsi mereka.

Tim penyelidik menemukan banyak contoh penipuan, pemalsuan dokumen, hingga adanya pemaksaan dalam proses tersebut. Beberapa anak angkat dan orang tua biologis mereka masih dihantui oleh pengalaman buruk yang mereka jalani. Meskipun sudah banyak yang berusaha untuk melanjutkan hidup mereka, banyak yang mengaku masih menghadapi berbagai tantangan akibat kejadian tersebut.

Dalam analisis terhadap 100 petisi yang diterima, sebanyak 56 dari mereka diakui sebagai korban pelanggaran hak asasi manusia. Hal lainnya yang terungkap adalah adanya proses adopsi yang berlangsung tanpa persetujuan dari ibu kandung serta kurangnya penyaringan yang memadai terhadap orang tua angkat. Laporan menunjukkan bahwa banyak anak angkat memiliki identitas palsu yang tertera dalam dokumen adopsi mereka, yang menyebabkan mereka kesulitan dalam mencari informasi mengenai keluarga biologis mereka. Mereka juga dibiarkan tanpa perlindungan hukum yang mencukupi.

Mayoritas anak-anak yang diadopsi ini dikirim ke negara-negara Barat. Situasi ini membuat pihak pemerintah Korea Selatan berupaya untuk memperketat proses adopsi agar kejadian serupa tidak terulang. Inger-Tone sendiri diadopsi oleh pasangan asal Norwegia saat berusia 13 tahun, dan kemudian menemukan bahwa proses adopsi yang dilaluinya adalah ilegal. Pasangan tersebut kemudian melakukan perjalanan ke Korea Selatan untuk mengunjungi panti asuhan, di mana mereka memilih Inger-Tone dan membawanya ke Norwegia.

Pada akhirnya, pasangan tersebut baru mengajukan permohonan adopsi kepada otoritas Norwegia beberapa tahun setelahnya. Pihak berwenang menyetujuinya, meskipun mereka mengakui adanya unsur ilegal dalam situasi Inger-Tone, karena mereka berpendapat bahwa pada saat itu ia 'tidak memiliki hubungan dengan Korea lagi'. Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Inger-Tone mengungkapkan betapa sulitnya dia menyesuaikan diri dengan kehidupan di Norwegia. Lebih tragisnya, ia juga mengklaim bahwa ayah angkatnya telah melakukan pelecehan seksual terhadapnya.

Itu sangat menyakitkan. Saya tidak dapat berbicara atau mengekspresikan diri, selain menangis di malam hari, ungkap Inger-Tone, mencerminkan betapa beratnya pengalaman masa lalunya yang menyakitkan.

Begitulah korsel terjebak skandal isu adopsi anak ilegal mengguncang kepercayaan publik yang telah saya jelaskan secara lengkap dalam korea selatan, skandal, adopsi anak, isu sosial, kepercayaan publik, Saya harap Anda menemukan value dalam artikel ini tetap semangat belajar dan jaga kebugaran fisik. Mari bagikan kebaikan ini kepada orang lain. Sampai bertemu lagi

Special Ads
© Copyright 2024 - Ini judul website saya
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads