• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Menjelajahi Luar Angkasa: Dampak Mengejutkan yang Terjadi pada Tubuh Manusia!

img

Healthcare.biz.id Selamat membaca semoga mendapatkan ilmu baru. Pada Waktu Ini aku mau berbagi cerita seputar Luar Angkasa, Kesehatan, Ilmu Pengetahuan, Sains, Eksplorasi, Fisika Manusia yang inspiratif. Konten Yang Berjudul Luar Angkasa, Kesehatan, Ilmu Pengetahuan, Sains, Eksplorasi, Fisika Manusia Menjelajahi Luar Angkasa Dampak Mengejutkan yang Terjadi pada Tubuh Manusia Simak penjelasan detailnya hingga selesai.

    Table of Contents

Imunosupresi menjadi salah satu risiko kesehatan yang paling signifikan bagi para astronot sejak pertama kali ditemukan saat misi Apollo pada tahun 1960-an. Temuan ini diungkapkan oleh para peneliti dalam laporan ilmiah yang dipublikasikan di Nature. Selama menjalani misi di luar angkasa, astronot dihadapkan pada beragam masalah kesehatan, mulai dari penurunan kekuatan tulang dan otot hingga gangguan penglihatan dan kondisi yang dikenal sebagai kaki bayi saat mereka kembali ke bumi dan tubuh mereka beradaptasi kembali dengan gaya gravitasi.

Di luar angkasa, perubahan pada mata dan struktur otak para astronot juga dapat terlihat. Tanpa adanya gravitasi, cairan dalam tubuh akan bergerak ke arah kepala, yang berpotensi memberikan tekanan pada mata dan mengakibatkan gangguan penglihatan. NASA merujuk kondisi ini sebagai sindrom neuro-okular terkait penerbangan antariksa. Perubahan yang terjadi dapat mencakup pembengkakan saraf optik, pembentukan lipatan pada retina, perataan bagian belakang mata, dan penglihatan yang menjadi kabur. Semua masalah ini dapat berujung pada risiko jatuh, patah tulang, osteoporosis, dan berbagai masalah kesehatan lainnya setelah misi berakhir.

Mark Rosenberg, yang menjabat sebagai direktur program neurologi kedirgantaraan dan kinerja manusia di Universitas Kedokteran South Carolina, menekankan bahwa setelah menghabiskan waktu sembilan bulan di luar angkasa, astronot NASA seperti Suni Williams dan Butch Wilmore tidak hanya menyelesaikan misi mereka, tetapi juga harus menghadapi tantangan kesehatan ketika kembali ke bumi. Untuk mengurangi dampak negatif ini, para astronot diwajibkan untuk berolahraga selama dua jam setiap hari di luar angkasa, yang mencakup latihan kardiovaskular serta latihan ketahanan demi menjaga kepadatan tulang dan kekuatan otot.

Saat berada di lingkungan mikrogravitasi, sistem kekebalan tubuh para astronot juga mengalami transformasi yang signifikan. Seiring waktu, banyak astronot menunjukkan perubahan yang sebanding dengan proses penuaan, seperti pengerasan arteri dan penebalan dinding arteri. Selain itu, bentuk jantung juga mengalami perubahan menjadi lebih bulat, yang pada gilirannya menyebabkan jantung bekerja dengan kurang efisien. Hal ini diungkapkan oleh sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 12 astronot.

Selain dampak pada kekebalan dan fungsi jantung, penerbangan luar angkasa juga berpotensi meningkatkan risiko fibrilasi atrium, suatu kondisi yang berhubungan dengan masalah irama jantung. Temuan ini muncul dari analisis jaringan otot jantung manusia yang dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa lingkungan gravitasi yang rendah dapat melemahkan jaringan otot dan mengganggu ritme normalnya. Dampak-dampak ini sebagian besar disebabkan oleh perubahan sementara yang berlangsung pada sistem tubuh selama mereka berada di luar angkasa.

John DeWitt, seorang ahli yang menjabat sebagai direktur ilmu olahraga terapan di Rice University dan mantan ilmuwan senior di Johnson Space Center NASA, menyebutkan bahwa banyak astronot tidak ingin dievakuasi menggunakan tandu setelah kembali. Namun, mereka sering kali harus diberitahu bahwa proses tersebut adalah hal yang perlu dilakukan demi menjaga kesehatan mereka. Penelitian dan pengembangan metode untuk meningkatkan kesehatan sehat astronot selama penerbangan luar angkasa terus berlangsung, guna meminimalkan risiko yang dihadapi ketika mereka beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrem ini.

Itulah ulasan tuntas seputar menjelajahi luar angkasa dampak mengejutkan yang terjadi pada tubuh manusia yang saya sampaikan dalam luar angkasa, kesehatan, ilmu pengetahuan, sains, eksplorasi, fisika manusia Selamat mengembangkan diri dengan informasi yang didapat tetap optimis menghadapi tantangan dan jaga imunitas. silakan share ke rekan-rekan. jangan lewatkan artikel lain yang bermanfaat di bawah ini.

Special Ads
© Copyright 2024 - Ini judul website saya
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads