• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Sudah Diet Ketat, Tapi Berat Badan Masih Betah? Simak Alasan Mengejutkan Ini!

img

Healthcare.biz.id Mudah mudahan kalian sehat dan berbahagia selalu. Dalam Opini Ini aku ingin mengupas sisi unik dari Kesehatan, Diet, Penurunan Berat Badan, Gaya Hidup Sehat, Nutrisi. Artikel Yang Berisi Kesehatan, Diet, Penurunan Berat Badan, Gaya Hidup Sehat, Nutrisi Sudah Diet Ketat Tapi Berat Badan Masih Betah Simak Alasan Mengejutkan Ini Simak baik-baik hingga kalimat penutup.

Dari informasi yang disampaikan oleh ahli gizi, Sophie Trotman, terdapat beberapa faktor yang dapat memperlambat penurunan berat badan. Beberapa di antaranya termasuk konsumsi kalori yang 'tersembunyi', gaya hidup yang kurang mendukung, serta masalah yang berkaitan dengan metabolisme tubuh.

Meskipun jumlah kalori yang tidak disadari ini mungkin tampak kecil, konsumsi yang berlebihan dapat mengganggu efektivitas defisit kalori yang ingin dicapai. Ini dapat menyebabkan proses penurunan berat badan menjadi lebih sulit. Selain itu, stres berlebihan dapat memicu peningkatan hormon kortisol, yang berpotensi menambah berat badan.

Berbagai faktor juga dapat memengaruhi keberhasilan program penurunan berat badan, antara lain usia, tingkat aktivitas fisik, komposisi tubuh, serta laju metabolisme individu. Sophie mengungkapkan bahwa seiring bertambahnya usia, proses metabolisme seseorang dapat melambat, terutama bagi mereka yang menjalani defisit kalori dengan cara mengonsumsi lebih sedikit kalori daripada yang dibutuhkan.

Untuk membantu mendorong metabolisme, ia merekomendasikan menambahkan latihan kekuatan dalam rutinitas, karena jaringan otot membakar lebih banyak kalori dibandingkan lemak, bahkan saat tubuh dalam keadaan istirahat. Dengan membangun otot, kita dapat meningkatkan kemampuan tubuh dalam membakar kalori secara lebih efektif.

Namun, kekeliruan dalam memperkirakan jumlah kalori juga dapat mengganjal proses penurunan berat badan. Hormon kortisol yang meningkat sering kali mendorong individu untuk mencari makanan tinggi kalori. Defisit kalori memang sering dianggap sebagai metode utama untuk menurunkan berat badan, tetapi pendekatan ini tidak selalu berjalan efektif untuk semua orang.

Beberapa orang mungkin tanpa sadar mengabaikan kalori yang berasal dari saus, minuman, atau camilan sehat. Oleh karena itu, penting untuk mencatat asupan kalori menggunakan buku harian makanan atau aplikasi, agar tidak ada kalori yang luput dari perhatian, termasuk bumbu dan minuman yang diminum.

Sophie juga menyarankan untuk menggunakan alat pengukur atau timbangan digital agar porsi makanan selalu akurat. Alternatif lainnya adalah memanfaatkan layanan penyedia makanan siap saji yang dapat membantu mencapai sasaran kalori dengan lebih mudah.

Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami penurunan berat badan juga mengalami penurunan resting metabolic rate (RMR), yaitu jumlah kalori yang dibakar tubuh saat beristirahat untuk menjalankan fungsi vitalnya. Oleh karena itu, teknik manajemen stres seperti latihan pernapasan atau yoga sangat disarankan untuk menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh.

Tingkat kortisol yang tinggi dapat meningkatkan keinginan individu untuk mengonsumsi makanan berlemak tinggi dan bergula, seperti kue, cokelat, dan keripik. Ini membuat lebih sulit mempertahankan defisit kalori yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, kurang tidur juga memengaruhi keseimbangan hormon pengatur rasa lapar, seperti leptin dan ghrelin.

Fakta menarik mencatat bahwa peserta yang hanya tidur selama 5,5 jam per malam cenderung mengalami lebih banyak retensi lemak dan peningkatan keinginan makan jika dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan tidur berkualitas selama 8,5 jam. Tidak jarang, fenomena 'balas dendam makan' terjadi setelah berolahraga, di mana seseorang mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dibakar.

Untuk menghindari hal tersebut, disarankan agar setelah berolahraga, seseorang tetap konsumsi camilan seimbang dan memperhatikan ukuran porsi makan utama agar tetap terjaga di jalur yang benar dalam proses penurunan berat badan.

Itulah ulasan tuntas seputar sudah diet ketat tapi berat badan masih betah simak alasan mengejutkan ini yang saya sampaikan dalam kesehatan, diet, penurunan berat badan, gaya hidup sehat, nutrisi Saya harap Anda menemukan value dalam artikel ini kembangkan jaringan positif dan utamakan kesehatan komunitas. Mari berikan manfaat dengan membagikan ini. lihat artikel lain di bawah ini.

Special Ads
© Copyright 2024 - Ini judul website saya
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads