• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Terungkap! Alasan Mengejutkan di Balik Penyakit Ginjal Kronis yang Mengintai Wanita Ini Melalui Warna Urinenya

img

Healthcare.biz.id Dengan izin Allah semoga kita semua sedang diberkahi segalanya. Detik Ini mari kita bahas Kesehatan, Penyakit Ginjal, Gaya Hidup, Wanita, Urine yang lagi ramai dibicarakan. Artikel Terkait Kesehatan, Penyakit Ginjal, Gaya Hidup, Wanita, Urine Terungkap Alasan Mengejutkan di Balik Penyakit Ginjal Kronis yang Mengintai Wanita Ini Melalui Warna Urinenya Pastikan Anda membaca hingga bagian penutup.

Hafsa, seorang ibu dengan tiga anak, berbagi kisah yang menggetarkan hati tentang perjuangannya melawan penyakit ginjal kronis. Dalam perjalanan yang penuh tantangan ini, tim medisnya telah berusaha keras untuk menyesuaikan metode pengobatan, namun tubuh Hafsa tampaknya sulit beradaptasi. Hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa ia menderita trombosis ginjal, di mana gumpalan darah terbentuk di pembuluh darah yang berfungsi menyaring darah dari ginjal.

Akhirnya, kondisi ini memaksa Hafsa untuk menjalani dialisis tiga kali seminggu, yang berarti ia harus mengorbankan waktu berharga bersama orang-orang terkasih. Menurut data terbaru, diperkirakan ada sekitar 7,2 juta orang di Inggris yang hidup dengan penyakit ginjal kronis, dan kondisi ini tidak mengenal batasan, memengaruhi individu dari berbagai lapisan masyarakat.

Pada bulan Mei 2023, Hafsa mulai menyadari ada yang tidak beres dengan kesehatannya. Dengan penuh kesadaran, ia memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter. Setelah menjalani tes darah, hasilnya mengejutkan: terjadi penurunan drastis dalam fungsi ginjalnya. Ia pun dirawat di rumah sakit, di mana dilakukan serangkaian pemeriksaan seperti CT scan dan biopsi.

Usaha dokter untuk menstabilkan fungsi ginjalnya berjalan cukup baik, dan Hafsa diperbolehkan pulang selepas fungsi ginjalnya mencapai 19 persen. Namun, kebahagiaan itu hanya bertahan sementara. Pada awal 2024, kondisi kesehatan Hafsa kembali menurun, diiringi dengan gejala mengganggu seperti muntah, mual, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang signifikan.

Bagi Hafsa, dialisis menjadi satu-satunya pilihan untuk bertahan hidup sampai transplantasi ginjal yang diharapkan datang. Rasa nyeri yang terus-menerus mengganggu tulang dan ototnya menjadikannya sulit untuk tidur nyenyak. Dengan berbagai batasan yang harus ia hadapi, mulai dari jenis makanan yang boleh dikonsumsi hingga tempat yang dapat dikunjungi, hidupnya terasa semakin tertekan.

Gejala tambahan seperti darah dalam urine, nyeri pada pinggang, dan jantung berdebar-debar semakin memperburuk keadaannya. “Sementara dokter berusaha memahami apa yang terjadi, situasi ini sangat menakutkan,” tuturnya, merujuk pada hasil diagnosa yang menegaskan bahwa ia mengidap penyakit ginjal kronis.

Pada bulan Maret 2024, ginjalnya mengalami kegagalan total, mengharuskannya menjalani dialisis secara rutin untuk mempertahankan hidup. Selama setahun terakhir, Hafsa menjalani dialisis tiga kali dalam seminggu, dengan tiap sesi berlangsung selama tiga setengah jam. Setiap kali selesai, ia merasakan efek samping yang luar biasa, termasuk tekanan darah tinggi, pusing, dan kelelahan yang berkepanjangan.

Setelah sesi dialisis, tubuhnya sering kali merasa dingin, seakan tidak mampu menghangatkan diri. Hafsa juga merasakan ketidakadilan yang mendalam mengenai kondisi yang dialaminya. Sering kali, ia terdorong pada pikiran bahwa jika ia memiliki latar belakang kesehatan yang buruk, mungkin akan lebih mudah baginya untuk menerima kenyataan ini. Namun, mengingat ia tidak memiliki faktor risiko seperti itu, sulit baginya untuk memahami mengapa penyakit ini harus menimpanya.

Kini, Hafsa tidak bisa lagi bekerja seperti dulu. Kaki dan pergelangan kakinya sering mengalami pembengkakan, membuatnya tidak dapat beraktifitas secara maksimal. Meskipun demikian, ia berusaha untuk tetap bekerja paruh waktu di hari-hari non-dialisis agar bisa memenuhi kebutuhan finansial keluarganya. “Mampu merawat pasien memungkinkan saya untuk melupakan kondisi saya sendiri, sampai saatnya saya harus menjalani dialisis lagi,” ungkapnya, menunjukkan kekuatan semangatnya di tengah ujian hidup yang berat ini.

Demikianlah terungkap alasan mengejutkan di balik penyakit ginjal kronis yang mengintai wanita ini melalui warna urinenya telah saya bahas secara tuntas dalam kesehatan, penyakit ginjal, gaya hidup, wanita, urine Selamat menggali lebih dalam tentang topik yang menarik ini tingkatkan pengetahuan dan perhatikan kesehatan mata. Ayo sebar informasi yang bermanfaat ini. Terima kasih

Special Ads
© Copyright 2024 - Ini judul website saya
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads